7 Unsur kebudayaan Kampung Benda, Cirebon Jawa Barat
Ninin
Ramadani
Mahasiswi
Pendidikan Sosiologi UPI 2012
7 Unsur kebudayaan KAMPUNG BENDA,
Cirebon Jawa Barat
Kampung
Benda yang masyarakatnya sangat gigih mempertahankan tradisi leluhur, terutama
tradisi keislaman. Kampung ini secara geografis termasuk wilayah Kelurahan
Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon. Jarak dari pusat Kota Cirebon
lebih kurang hanya 8 kilometer. Secara geografis, terletak pada posisi 10833
Bujur Timur dan 61 Lintang Selatan. Bentang alamnya merupakan dataran tinggi
daerah cirebon dengan luas tanah 33 hektar. Kecamatan Harjamukti. Kemiringan
15-25% tersebar di wilayah Kelurahan Argasurya, kecamatan Harjamukti.
Pada tahun 1980-an
Kampung Benda belum dialiri listrik. Ketika pemerintah menawarkan aliran
listrik, masyarakat menolaknya. Namun, dengan berbagai dalih dan bujukan,
akhirnya pemerintah mampu “memaksa” Benda Kerep untuk menerima listrik. Dengan
masuknya listrik, tentu perubahan diharapkan sangat cepat dan masyarakat akan
tertarik untuk membeli televisi dan lain-lain. Akan tetapi, dugaan tersebut
belum sepenuhnya terpenuhi.
Masyarakat Benda
masih mencoba bertahan untuk mengikuti jejak leluhur mempertahankan
kebiasaan-kebiasaan mereka. Bahkan ada sebagian tokoh masyarakat yang hingga
kini masih bertahan untuk tidak menggunakan listrik.
Untuk memasuki
wilayah Benda kita harus melalui sungai terlebih dahulu. Bila sungai sedang
penuh dengan air atau malah banjir, kita tidak dapat memasuki kawasan tersebut.
Uniknya, masyarakat sekitar Benda Kerep selalu siap menampung masyarakat Benda
Kerep yang menginap bila sungai tersebut tiba-tiba banjir.
Belakangan ini, sejak
tahun 2000-an, Pemerintah Kota Cirebon membujuk masyarakat untuk menerima
pembuatan jembatan agar akses masuk ke Benda Kerep mudah. Namun, masyarakat
Benda Kerep masih menolaknya. Mungkin pertimbangannya, bila akses transportasi
mudah, perubahan akan segera terjadi dan modernisasi terjadi di mana-mana. Jadi
kampung yang tradisional.
Tawaran ini tentu
saja membuktikan betapa pemerintah tampak belum positif melihat spesifikasi
kampung tersebut. Padahal, bila pemerintah mau mengubah paradigmanya dalam
memandang Benda Kerep dari masyarakat tertinggal menjadi masyarakat yang unik,
kampung itu justru menjadi potensi wisata yang unik. Tidak setiap daerah
memiliki wilayah seperti itu. Ini justru menjadi potensi bagi Kota Cirebon
untuk mengembangkan Benda Kerep menjadi kampung tradisional.
Bila hal itu terjadi,
Benda Kerep akan menjadi perkampungan yang bersahaja, alamiah, dan penuh
keramahan tradisional di tengah perkembangan ingar-bingar Kota Cirebon. Benda
Kerep akan menjadi penyejuk di tengah keresahan gejolak masyarakat Kota
Cirebon. Bahkan bisa saja kampung itu menjadi penyejuk hati bagi orang yang
merindukan suasana alamiah.
Selain itu, penolakan
masyarakat Benda Kerep terhadap program jembatan yang digulirkan pemerintah
bisa jadi karena masyarakat Benda Kerep melihat Pemerintah Kota Cirebon masih
memandang negatif kekhasan Benda Kerep. Bila pemerintah telah mengubah
paradigmanya dan mampu meyakinkan masyarakat Benda Kerep bahwa jembatan itu
tidak akan mengubah sama sekali kekhasan masyarakat Benda Kerep, saya kira
masyarakat Benda Kerep akan mempertimbangkannya.
Jembatan yang
dimaksud hanya merupakan perlintasan bagi warga masyarakat Benda Kerep agar
lebih mudah bila hendak berhubungan dengan dunia luar, bukan jembatan yang
memungkinkan dilalui sepada motor atau mobil. Namun, meyakinkan masyarakat
Benda Kerep agar menerima program jembatan memang tidak mudah. Kekecewaan
masyarakat terhadap program listrik masuk desa masih sering menjadi bahan
perbincangan
Sejarah, awal
keberadaan berdirinya kampung benda sekitar tahun 1830-an tokoh pendirinya
adalah Kiyai Soleh. Kampung Benda ini termasuk tanah keraton kanoman. Awal mula
dinamai Kampung Benda ini adalah Cimeuweuh karena berasal dari kata ci itu air
dan meuweuh/ euweuh yang artinya hilang. Barang siapa orang yang datang ke desa
ini pasti akan hilang tetapi menurut keyakinan masyarakat sekitar kemungkinan
besar orang yang masuk kewilayah tersebut dibawa ke alam ghaib oleh sekelompok
mahkluk ghaib penghuni wilayah Cimeuweuh.. Sehingga konon Sultan keraton mengadakan sayembara,
barang siapa yang bisa menduduki daerah ini maka dia akan mamiliki atau
menguasai kampung ini.
Sebelum Kiyai Soleh
masuk ke kampung ini sebelumnya ada orang lain yang ingin memasuki kampung ini
namun tidak bisa masuk. Sampailah kiyai Soleh dengan tugas dari Mbah Kriyan
untuk ke suatu tempat untuk menyepi/ menyumbut, dan dengan karunia Allah Kiyai
Soleh bisa menaklukan tempat ini.
Setelah Kiyai Soleh
menetap dan tinggal di kampung ini jadilah Kampung ini berubah nama yang
awalnya kampung Cimeuweuh berubah menjadi Kampung Benda karena di dalam kampung
ini banyak terdapat pepohonan yang dinamakan Pohon Benda.
Kemudian, setelah
sekian lama Kiyai Soleh berada dan tinggal di kampung ini banyak kejadian
diluar akal contohnya seperti saat pohon-pohon besar yang di tebang ini banyak
terdengar suara orang yang sedang menjerit dan saat pohon di tebang bukan getah
yang keluar melainkan darah. Selain itu masih ada kejadian aneh yaitu adanya
ular dan macan siluman. Menurut narasumber yang saya wawancarai Ular dan Macan ini masih ada di kampung benda ini.
Konon, saat zaman
dulu sudah ada perjanjian antar masyarakat kampung ini dengan siluman, yang
tersisa adalah ular dan macan. Isi perjanjian dengan siluman itu adalah “ular dan macam jangan diusir, kalau tidak
diusir maka saya akan melindungi tempat ini.” Dulu saat masih zaman
penjajahan saat Belanda ingin masuk ke kampung ini tidak bisa masuk karena yang
dilihatnya adalah bukan perkampungan tatepi seperti lautan dan saat kampung
lain terkena serangan bom tapi kampung ini tidak terkena bnom tersebut.
Kesenian dan
Kebudayaan Kampung Benda ini sangat dikenal dengan keagamaannya dan religinya,
karena banyak sekali pondok-pondok pesantren disini. Pakaian yang harus
dikenakan juga harus sesuai dengan aturan yaitu dengan memakai pakaian islami.
Pakaian untuk pria itu seperti kopeah dan sarung sedangkan pakaian untuk
perempuan disini adalah wajib memakai rok baju panjang dan wajib memakai
kerudung. Di Kampung Benda ini tidak diperbolehkan memakai celana panjang
karena dikatakan sebagai para penjajah Belanda.
Kesenian di kampung
ini alat musiknya seperti rebana dan gembyung dan seni beladirinya adalah
silat/ beladiri Arab yang diberi nama Detik. Alat Musik Rebana dan gembyung ini
dimainkan saat ada acara hari raya Idul Adha (raya agung), acara muludan dan
acara nikahan ataupun khitanan isinya berupa shalawat. Selain kesenian ada yang
unik dengan sistem perikahannya, pernikahannya ini antar saudara atau sepupu. Pernikahan ini mempunyai dampak
positif dan negatifnya. Dampak positifnya adalah menyebabkan adat istiadat jadi
kuat karena sedarah, dampak negatifnya adalah jadi tidak berkembang. Bila nikah
dengan 1 keturunan maka tidak akan mengentahui budaya-budaya yang lainnya.
Bahasa yang digunakan
oleh masyarakat kampung benda ini ada 2 macam bahasa yaitu Bahasi Cirebon
(kromo inggil) dan Bahasa Sunda. Kebanyakan yang saya dengar dengan
percakapannya memakai bahasa sunda
tetapi tetap ada yang memakai bahasa cirebon (kromo inggil).
Sistem Teknologi di
kampung benda, adanya tandu. Tandu ini digunakan untuk orang yang sakit,
menurut narasumber yang saya wawancarai tandu ini pada zaman dulu digunakan
oleh kiyai yang sedang sakit dan yang menggotongnya itu adalah para santri.
Tandu ini saat ini masih digunakan dan masih disimpan dan tandu yang masih
dipakai sekarang tandu buatan baru. Yang kedua adanya perkakas kuno seperti
keris dll. Teknologi lainnya adalah masyarakat kampung benda ini sudah menerima
listrik dan sudah ada yang menggunakan motor dan alat komunikasi seperti
handphone, walaupun sudah ada listrik mereka menolak adanya televisi dan radio.
Secara
garis besar alasan logis mereka menolak adanya tv dan radio karena ingin
menghambat berbagai kemungkinan-kemungkinan pengaruh negatif dari adanya tv dan
radio karena pada realisasinya peran dunia teknologi dari televisi dan radio
akan senantiasa mempengaruhi budaya lokal yang memang selalu membawa pengaruh
negatif dari penayangannya, apabila dikaji lebih dalam adanya tv dan radio akan
membawa arus progsesifitas dan mobilitas tinggi bagi perkembangan masyarakat
karena pendekatan educative juga dilakukan oleh produksi tv dan radio namun
disamping itu budaya luar juga akan mudah diterima oleh masyarakat yang
menggunakan tv dan radio sehingga tercipta sebuah sinkrenisasi budaya karena
pada eksistensinya tayangan dari tv dan siaran radio selalu memberikan warna
budaya-budaya luar entah itu budaya konstruktif ataupun negatif, alasan
masyarakat benda memang logis kiranya, mereka tidak mengahrapkan budaya mereka
terpengarahi oleh budaya luar apalagi menjadi asimilasi budaya dan hilang pula
budaya yang mereka agungkan. Selain adanya kehawatiran budaya mereka hilang,
ada hal yang lebih urgen lagi dimasyarakat benda yakni kelekatan nilai-nilai
dan sendi-sendi ajaran islam yaitu ajaran sufistik yang diajarkan oleh kiyai
soleh secara turun temurun yang memang itu adalah barometer bagi masyarakat
benda kerep sendiri, selamat atau tidaknya sebuah elemen masyarakat atau satu
individu dari pandangan masyarakat benda kerep adalah dilihat dari bagaimana
mereka mengaplilkasikan nilai-nilai islam itu sendiri apa bila mereka lupa
terhadap syari’at yang diamanatkan oleh rasulullah maka sudah pasti kiranya
mereka terjebak dalam sangkar kesesatan dan kelemahan, dan itu diakui oleh
masyarakat muslim sedunia namun pertanyaanya apakah mereka mampu melakukan
tindakan filterirasi atau tidak, tindakan yang dilakukan oleh masyarakat benda
adalah sebuah tindakan riil yang patut ditauladani sekalipun banyak pendapat
miris yang mengatakan masyarakat benda adalah masyarakat yang terisolasi atau
terbelakang tapi itu tidak dijadikan sebuah alasan yang tepat untuk tetap
berpegang teguh pada keyakinan mereka. Lebih baik terisolasi namun kaya iman
dari pada hidup modern namun miskin spiritual itulah mungkin argumentatif yang
tepat bagi masyarakat benda kerep sebagai bentuk apresisiasi terhadap budaya
setempat dan nilai-nulai syariat islam.
Sistem
Religi di kampung benda, Religi di kampung benda ini menganut agama islam.
terdapat banyak pondok pesantren. Santrinya dari berbagai macam daerah, ada
yang dari benda dalamnya ataupun dari benda luar ada juga yang dari sekitar
Cirebon dan ada dari daerah lain seperti Kuningan dan Karawang. Tidak ada
aturan tertulis tetapi mengikuti peraturan disini, mengikuti adat istiadat
disini dengan disesuaikan dengan aturan agama. Sanksi untuk para santri bila
ada interaksi dengan lawan jenis itu akan di hukum. Jadi santri perempuan dan
laki-laki dipisahkan, tidak menyatu dan tidak ada interaksi.
Sistem
Pengetahuan, masyarakat benda ini tidak berpolitik. Adanya beladiri Arab.
Terdapat banyak pondok pesantren disini tetapi pondok pesantren ini tidak
diberi nama atau tidak ada namanya. Sistem pengetahuan di pondok pesantren ini
wujudnya tidak formal.
Mata Pencaharian,
sebagian besar pertanian dan pedagang. Karena di dalam kampung benda ini di
kanan kiri jalan terdapat pepohonan dan masih dibilang seperti daerah hutan.
Masih banyak orang-orang yang mengangon kambing, yang biasa mengangon kambing
ini kebanyakan para santri di kampung benda ini.
Organisasi
Sosial, di kampung benda ini tidak ada organisasi sosial. Tidak seperti di
desa-desa lainnya jika di desa lainnya terdapat ketua rt/rw dll tetapi di
kampung benda ini tidak ada. Masyarakatnya tidak berpolitik, walaupun tidak
berpolitik tetap saja masyarakat benda ini tidak menentang pemerintah dan tetap
melaksanakannya. Seperti adanya pemilihan walikota, gubernur dsb mereka tetap
melaksanakan. Mereka berpendapat bahwa “cinta
negara itu minal iman, tidak boleh keluar dari aturan agama”. Dan juga walaupun
tidak ada organisasi sosial setiap santri semuanya harus mengikuti peraturan
dan masyarakat juga harus menghikuti adat istiadat di Kampung Benda ini.
Biodata Narasumber
Nama :
Muhammad Nuh
Tempat tanggal
lahir : Cirebon, januari 1969
Alamat : Desa Argasunya
Kecamatan Harjamukti, Kota
Cirebon
Pendidikan : Tidak Formal
Pekerjaan : Pengajar di Pesantren
Gelar : Kiyai/ Tokoh
Masyarakat Kampung Benda
Agama : Islam
Dokumentasi